Apakah Anda pernah Putus Cinta ?
Ketika kita mengalami putus cinta akan banyak hal yang tidak perlu difikirkan menjadi "ingin" untuk difikirkan.
Karena, satu gangguan terjadi pada otak akan merambat kepada kinerja otak lainnya. Maka tak diherankan banyak orang yang mengalami putus cinta kana melakukan hal-hal negatif atau hal yang akan merugikan bagi dirinya sendiri.
Sebagaimana dirangkum pada 10 fakta berikut ini;
1. Otak mengirimkan sinyal rasa sakit dan rasa rindu yang nyata
Galau dan kangen ternyata tidak hanya sebatas gombalan. Studi tahun 2010 yang dimuat dalam Journal of Neurophysiology
menyatakan, saat Anda dipaksa untuk berpisah setelah menghabiskan
sebagian hidup Anda terbiasa dengan kehadiran seseorang yang Anda
cintai, otak akan mengirimkan sinyal rasa sakit ke sekujur tubuh dan
menimbulkan berbagai gejala withdrawal serius, layaknya orang sakaw.
Penelitian tersebut mengharuskan 15 orang yang baru saja
putus cinta untuk memandangi foto mantan pacar dan kemudian memecahkan
soal matematika. Kemudian proses tersebut diulang kembali, namun
menggunakan foto relasi terdekat yang tidak memiliki hubungan romantis
apapun. Hasil pindai otak dari para partisipan menunjukkan area tertentu
dalam otak yang bisa memicu rasa sakit tampak teraktivasi saat melihat
foto mantan mereka.
Sakit kepala mencengkeram, tidak nafsu makan, susah tidur,
dan “mata panda” yang Anda alami akibat putus cinta bisa dibuktikan
secara ilmiah. Hal ini disebabkan oleh penurunan kadar dopamine dan
oxytocin, senyawa kimiawi yang membuat bahagia, tergantikan oleh kadar
kortisol (hormon stress) yang melejit. Persis dengan gejala fisik akibat
putus obat yang dialami oleh pengguna kokain.
2. Tubuh Anda membangun respon fight or flight
Saat terancam, otomatis Anda akan melakukan berbagai macam cara demi bertahan hidup. Respon fight or flight merujuk pada reaksi fisiologis yang timbul akibat suatu pemicu stres, baik secara mental maupun fisik. Sebagai respon stres, sistem saraf simpatetik dalam otak akan diaktifkan akibat pelepasan sejumlah hormon secara tiba-tiba. Sistem saraf akan menstimulasi kelenjar adrenalin yang memicu produksi catecholamine guna menyiagakan tubuh Anda untuk mengambil tindakan.
3. Jerawatan dan rambut rontok
Lagi-lagi karena hormon. Sebuah studi tahun 2007 yang dimuat dalam The New York Post berhasil
mengesampingkan faktor-faktor penyebab umum jerawat (seperti polusi,
dengan memelajari penduduk Singapura di mana perubahan iklim amat jarang
terjadi) dan memastikan bahwa stres benar-benar dapat mengakibatkan
peradangan jerawat. Peneliti mengatakan, sebesar 23% kasus peradangan
jerawat muncul saat orang-orang berada di bawah tekanan stress yang
sangat tinggi, seperti saat sedang patah hati.
4. Tekanan darah tinggi
Menurut American Heart Association, tekanan darah dapat
meningkat sementara saat Anda dilanda stres, namun stres semata belum
dapat dipastikan sebagai penyebab penyakit darah tinggi kronis. Jadi,
tidak perlu (tambah) khawatir soal ini. Akan tetapi, seseorang yang
memiliki riwayat darah tinggi dan dilanda stres perlu
berhati-hati. Peningkatan tekanan darah dalam waktu singkat bagi
orang-orang dengan kondisi ini akan mendorong terjadinya krisis
hipertensif, yang menyebabkan gejala seperti sakit kepala, kesulitan
bernapas, bahkan hingga mimisan.
5. Sindrom patah hati
American Heart Association menjelaskan bahwa ketika di
bawah stres berat (seperti saat patah hati), terkadang sebagian jantung
Anda akan membesar sementara dan tidak dapat memompa darah dengan baik.
Sementara fungsi bagian jantung lainnya bekerja dengan sangat baik,
bahkan bisa berkontraksi dengan sangat kuat. Kondisi ini bisa
menyebabkan gagal otot jantung jangka pendek yang parah. Teknisnya,
kondisi ini disebut sebagai kardiomiopati induksi stres, namun labih
sering disebut sebagai “sindrom patah hati”.
Kabar baiknya, sindrom patah hati termasuk kondisi medis
yang sangat jarang, tapi mudah untuk diobati. Sebuah studi di jepang
tahun 2014 memperkirakan hanya ada sebesar 2% kasus sindrom patah hati
di dunia yang diikuti oleh masalah koroner akut. Namun, studi yang sama
menemukan ahwa sindrom patah hati lebih cenderung memengaruhi wanita,
dengan laporan kasus mencapai 80 persen hingga saat penelitian dilakukan.
Bagi remaja yang sedang mengalami putus cinta janganlah terlalu diambil pusing dengan masalah hati ini, karena seperti pepatah mengatakan badai pasti akan berlalu.
Ketika kita mengalami situasi ini tetaplah positif thinking karena itu akan menjadi sebuah kekuatan untuk kita menghadapinya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar